Selasa, 29 April 2008

DAN KU PUN "TENGGELAM"

Mekanisme tenggelam :

  1. Dengan aspirasi cairan (typical atau wet drowning)

  2. Tanpa aspirasi cairan (atypical atau dry drowning)

  3. Near drowning = kematian terjadi akibat hipoksia ensefalopati atau perubahan sekunder pada paru


Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, dapat dikenali gejala- gejala yang terjadi :

  1. korban menahan napas

  2. karena peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 terjadi megap-megap, dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi isi lambung

  3. refleks laringospasme yang diikuti dengan pemasukan air

  4. korban kehilangan kesadaran

  5. kemudian terjadi apnoe

  6. megap-mega kembali, bisa sampai beberapa menit

  7. kejang-kejang

  8. berakhir dengan henti napas dan jantung


Perubahan-perubahan pada paru :

  1. Refleks vasokonstriksi akan menyebabkan hipertensi pulmonal

  2. Bronkokonstriksi akan meningkatkan resistensi jalan napas

  3. Denaturasi surfaktan yang disertai deplesi yang cepat dari jaringan paru akan menyebabkan rasio ventilasi/perfusi menjadi abnormal

  4. Pada tingkat seluler, terjadi kerusakan endotel vaskular dan sel epitel bronkial/alveoli

  5. Aspirasi air tawar akan menyebabkan hemodilusi

  6. Aspirasi air laut akan menyebabkan hemokonsentrasi

  7. Perubahan tegangan permukaan paru akan menyebabkan ketidakstabilan alveoli dan paru menjadi kolaps.

Dry Drowning

15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning, yang mana tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi dengan sangat mendadak dan tidak tampak adanya tanda-tanda perlawanan. Mekanisme kematian yang pasti masih tetap spekulatif.


Cairan yang mendadak masuk dapat menyebabkan 2 macam mekanisme :

  1. laringospasme yang akan menyebabkan asfiksia dan kematian

  2. mengaktifkan sistem saraf simpatis sehingga terjadi refleks vagal yang akan mengakibatkan cardiac arrest.

Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :

  1. intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)

  2. penyakit yang telah ada, misal atherosclerosis

  3. kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak

  4. ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin, disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest


Near drowning :

Korban mengalami hipovolemik akibat perpindahan cairan ke paru dan jaringan seluruh tubuh. Gejala sisa yang lain, seperti disrimia, defisit neurologis dan renal, dipercaya merupakan akibat langsung dari hipoksia dibanding akibat tenggelam.


Perpindahan Panas

Air menghantarkan panas 25x lebih cepat dari udara.

Kecepatan perpindahan panas tubuh yang berada dalam air dipengaruhi beberapa hal :

  1. bentuk tubuh (lemak merupakan isolator panas)

  2. usia (anak-anak memiliki permukaan tubuh paling proporsional sehingga akan menjadi lebih cepat dingin)

  3. pergerakan, misalnya berenang (akan memindahkan air yang lebih hangat ke dekat tubuh)

  4. perlengkapan isolator, seperti pakaian


Hipotermia

Tiga fase klinis :

  1. fase eksitatori, korban gemetaran disertai kebingungan

  2. fase adinamik, terjadi rigiditas muscular dan penurunan kesadaran

  3. fase paralitik, ketidaksadaran yang akan diikuti oleh aritmia dan kematian.

Fase-fase ini penting diketahui untuk keperluan resusitasi pada korban yang hampir mati tenggelam sebab pada fase paralitik korban dapat dikira telah meninggal.

AUTOPSI LUAR

Tangan

Tangan sebaiknya diperiksa secara seksama untuk luka-luka yang mencurigakan dan memperagakan gambaran-gambaran tegas dari tenggelam.

· Cutis Anserina à gambaran “gooseflesh” (kulit angsa) karena kontraksi dari muskulus erector rambut, non spesifik. Gambaran ini dapat ditentukan pada mayat yang tidak tenggelam.

· “washerwoman” à penenggelaman yang lama dapat menyebabkan pemutihan dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki. (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat)

· adanya tumbuhan air yang tergenggam dalam tangan à bisa karena usaha menyelamatkan diri atau bisa secara pasif karena terperangkap (post – mortem).

Muka dan kepala

Muka dan kepala mengungkapkan 2 karakteristik tenggelam :

1. Livor Mortis

· Pusat gravitasi tubuh adalah kepala à korban biasanya mengambang sebagian dengan kepala didalam air sehingga livor mortis menonjol di daerah kepala dan muka.

· Warna dari livor mortis mungkin berwarna merah muda – merah terang yang tidak biasa. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.

2. Foam Cone ( champignon de mousse )

  • Keluar dari mulut dan lubang hidung berwarna putih atau disertai dengan darah, buih, dan busa yang memenuhi jalan napas jumlah busa meningkat beberapa saat setelah meninggal karena penekanan rigor mortis pada dada.
  • Tubuh pada posisi supinasi yang tidak terganggu, biasanya busa memanjang membentuk seperti bentuk cone.

Luka – luka

Pemeriksaan yang terperinci dan dokumentasi yang benar dari luka adalah bagian yang penting dari otopsi forensik. Insiden yang tinggi dari luka post-mortem pada kulit dan jaringan subkutan, pada mayat yang tenggelam menyulitkan interpretasi pada pemeriksaan.

Harus diperhatikan luka yang mencurigakan :

· luka karena pertahanan diri à jari, tangan, lengan / kaki ( kuku yang patah, kulit yang tersayat, dll )

· memar / lecet

· jejas pada lengan atas/ daerah lain yang mudah dijangkau

· memar / lecet pada bibir bagian dalam

· luka pada kulit / jaringan leher yang lebih dalam

Luka Ante-Mortem

à membantu penjelasan kematian akibat tenggelam

Contoh :

  • fraktur cervical, kadang diasosiasikan dengan memar dari otot-otot paravertebra à mungkin terjadi pada saat korban berusaha berenang ketempat yang lebih dangkal.
  • luka karena kekerasan tumpul pada wajah / dahi bisa terjadi karena tubuh berbenturan dengan air.

Luka Post-Mortem

· biasa ditemukan pada korban tenggelam akibat dari posisi kepala yang terbenam dalam air à adanya luka akibat kekerasan tumpul yang signifikan pada muka dan kepala.

· terbenturnya korban ke karang / batu coral à memar,luka lecet, laserasi,dll

· kontak dgn dasar yang berpasir à memar dangkal yang difus

· akibat dari hewan laut seperti ikan (hiu), buaya, atau hewan lain yang sedang mencari makan

· luka yang terjadi akibat terbentur kapal à luka akibat kekerasan tumpul (terbentur lambung kapal), luka potong sejajar karena baling-baling kapal.

· akibat resusitasi à luka terutama pada bibir, gigi, dada

Penemuan patologis post-mortem dipengaruhi byk hal, tmsk lingkungan tempat terbenam dan

waktu terbenam dalam air.

Hal2 penting :

  • identitas korban (mgk telah tjd pembusukan)
  • sebab langsung kematian (akibat tenggelam atau bukan)
  • pengaruh faktor2 lain
  • interval post-mortem atau kematian karena tenggelam
  • perbedaan luka ante dan post mortem
  • membandingkan bukti hasil pemeriksaan dengan lingkungan
  • Pakaian

    • Pakaian basah kuyup, menempel pasir, tumbuhan atau hewan air atau memastikan tenggelam + menentukan tempat tenggelam
    • Feses pd pakaian dalam
    • korban penderita epilepsi
    • non spesifik atau bisa mrpkn fase normal

    Diduga keadaan tidak sesuai dgn peristiwa / mencurigakan bila :

    • perlengkapan yang dipakai tak sesuai dengan aktivitas saat itu
    • berantakan mgk mrpkn usaha menyelamatkan diri atau perlawanan
    • hal hal yang tak berhubungan atau luka potong, luka berlubang, noda darah

    Internal Examination

    Walaupun ada beberapa perubahan karakteristik pada kematian akibat tenggelam tapi tidak satupun tanda pathognomonik.
    Sangat sedikit sekali bahkan tidak ada sama sekali perubahan berat pada tenggelam kering. Sejumlah kecil air mungkin ditemukan pada saluran pernapasan atas dan mungkin ada oedem paru yang ringan. Sangat berbeda pada tenggelam basah yang terjadi perubahan berat, berwarna “plum” dan konsistensi keras. Permukaan dari pleura sebagian ataus seluruhnya tertutyp pleh petechiae (paltauf’s spot). Larynk, trakea, bronkus terisi busa berwarna putih atau merah dalam jumlah banyak. Juga terdapat benda asing yang teraspirasi seperti pasir, rumput laut atau muntah.


    Diluar rongga dada, terdapat dua gambaran yang lagi lagi bukan merupakan tanda pathognomonik yaitu tertelannya air di lambung dan bendungan atau perdarahan di mukosa bagian tengah. Itu merupakan konsekuensi dari perubahan tekanan yang berhubungan dengan pergerakan hembusan napas yang kuat dan mungkin ditambah dengan hipoxia yang menginduksi kekuatan pembuluh darah.


    Penemuan lain yang menjadi faktor penyumbang penetuan episode kematian akibat tenggelam. Contohnya, penyakit yang diderita sebelumnya, makanan yang tercerna di lambung. Efek stimulasi kardiovaskular karena kekenyangan kadang dikesampingkan. Aktivitaas fisik yang berhubungan dengan mandi. Itu semua dapat memberikan konstribusi sebab kematian.

    Penemuan lain adalah sisa dari obat yang telah tercerna di lambung, atau warna mukosa esophagus; hiperplasia gusi yang berhubungan dengan pengobatan epilepsi; juga bau alkohol.


    Mikroskopi


    Secara keseluruhan. nilai bermakna dari pemeriksaan mikroskopi adalah :

    • konfirmasi dari atau penyakit terdahulu (MCI)

    • konfirmasi atau inhalasi aur/ benda asing ke dalam paru


    pembuluh darah alveoli menjadi distensi, mengandung air dan benda asing. Dinding septum alveolar terlihat merenggang dan menipis. Kondisi tersebut dideskripsikan sebagai “aqueous emphyema”.pemeriksaan mikroskopi lain tidak memiliki konstribusi apapun. Mikroskopi dan otak dan paru mungkin ditemukan perubahan siknifikan jika kematian tenggelamnya akibat tenggelam dangkal akibat pencelupan. Paru memperlihatkan sindrom distress pernapasan pada dewasa, pembengkakan dan proliferasi dari sel permukaan alveolar, menebalnya septum alveolar dan terbentuknya membran hyali. Pada otak terlihat hipoxia enchepalopathy dengan khas neuron berwarna merah. infeksi pneumonia mudah sekali terjadi.


    Pembusukan

    Pemeriksaan tubuh yang telah busuk mempunyai dua masalah yaitu konfirmasi objektif identitas dan interprstasi pemuan fisik menjadi lebih sulit. Kesalahan pemeriksaan tubuh yang membusuk dengan perhatian serta metode yang kurang sering terjadi.

    Tenggelam pada air laut mengalami pembusukan yang lebih lama, apalagi ditambah dinginnya air. Bagaimanapun, pembusukan secara cepat terjadi ketika tubuh diangkat dari dalam air dan ditempat yang hangat. Suhu, jenis air (payau, laut, tawar) dan air segar berhubungan dengan kecepatan pembusukan. Tenggelam dalam air dingin menyebabkan lemak tubuh menjadi adiposera. Bentuk tubuh akan terpelihara baik ketika adiposera terbentuk. Pemeriksaan radiologi sangat penting dilakukan pada tubuh yang busuk. Identifikasi objektif perlukaan yang tak terduga mungkin dapat terlihat.

    Dari luar, pembusukan tubuh yang diankat dari air adalah hampir sama dengan yang tidak pernah tenggelam. Ada perubahan warna pada kulit dan penggembungan lemak subkutan serta rongga tubuh. Pecah pecah yang terdapat pada tangan “washerwoman” dan kaki, spontan terjadi. Flap dari penebalan kulit sebagian menjadi sangat berarti untuk identifikasi dactylographic.


    Pemeriksaan dalam mungkin membuka beberapa hal penting yang kadang perubahannya mungkin menyesatkan. Pertama, rembesan darah ekatravaskular dibawah permukaan tengkorak karena lividitas pembuluh darah menyebabkan berbenjol dan berwarna ungu pada dibawah permukaan tengkorak, mirip seperti memar akibat benda tumpul. Ini tentu saja tidak berhubungan dengan perlukaan dari tengkorak. Ini dapat dilihat pada bagian lain, termasuk otot leher. Kedua, paru lebih terlihat kolaps dari pada membesar. Pada proses pembusukan terdapat rembesan air yang terhirup paru kemudian masuk melalui kavitas pleura. Khasnya rongga dada berwarna coklat, air di dalamnya berwarna keruh dan tampak bulat bulatan lemak yang mengapung.


    Penemuan ini juga didapat pada telinga bagian tengah. Biasanya terdapat pada tubuh busuk dan merupakan bukti konfirmasi berharga mati karena tenggelam. Sayangnya, banyak faktor intrinsik dan lingkungan terlibat pada proses pembusukan. Penilaian berapa lama tubuh sudah meninggal kurang akurat daripada tubuh yang meninggal pada daerah kering bukan air.

    Diatome

    Definisi:

    Suatu ganggang bersel satu yang ditemukan di air dgn pencahayaan yang cukup.

    Ukuran : 40-200 microm tetapi mungkin juga dgn ukuran <> 1microm

    Bentuk : bervariasi

    Prinsip umum pada pembuktian kematian akibat tenggelam adalah dengan ditemukannya diatom pada:

  • Paru-paru
  • Ginjal
  • Darah
  • Sum-sum tulang
  • Dengan ditemukannya diatom pada korban tenggelam dapat memberikan penjelasan :

    • Apakah kematian orang tersebut diakibatkan tenggelam / bukan?
    • Apakah orang tersebut masih hidup pada saat tenggelam ?
    • Perbandingan diatom yang ada di air dan di tubuh korban.

    False Positive

    Kontaminasi dari dunia luar pada saat pemeriksaan laboratorium.Contohnya dari inhalasi dan ingestan pemeriksa

    False Negative

    Diatom yang harusnya ada, tetapi tidak ditemukan. Contohnya Dry Drowning dan pemeriksaan wet Drowning yang salah (kesalahan laboratorium)

    Gettler's test

    Salah satu cara yang dipakai untuk menilai kadar Cl dalam darah yang diambil dari sisi kanan dan kiri jantung.

    Jika kadar Cl > 25mg/100ml = membahayakan.

    Akan tetapi cara ini jarang dipakai karena sering terjadi perubahan kadar Cl setelah kematian.

    http://www.freewebs.com/tenggelam.htm

    Tidak ada komentar: