Rabu, 30 April 2008

visum perdana di pagi agak buta

hari kedua di furenzik..... dapet visum perdana neh... pagi hari, tepatnya pukul 5.15am saat sang mamah sedang ngomel2 buat bangunin aku yang masih ngolat ngolet di tempat tiduuur.... gak mempan dibangunin mamah.... tapi tau2 ringtone sms mtv happy tree yang brisiknya minta ampounnnn berkoar koar, saingan sama suara mamah...
yafff.... visum perdana.....!!!!!!
belom sadar penuh lansung mlompat aja dari bed, hiyyyaaaaaaacccc........
mana clana jeansku, mana kacamataku, mana tasku, mana spatuku....???
masih setengah merem dan melek, ribut sendiri nyari barang2 yang wajib dibawa...
wooo...ooo... gak pake mandi langsung tancap ke kampus...
tak lupa nyamperin tetanggaku dulu yang ternyata gak tau ada visum... (wealah no...no.....untung kamu aku telfon yah? ngomong2 jarkomnya kacauw yaaaa huhuh)
antara sadar dan tiada sadar, tancep gas menuju bagian mayat...eh bagian IKF undip....
ngiiih.... tenyata visum udah dimulai....gak tau mau ngapain, temen2 yang laen udah pada sibuk periksa2 sang mayat yang tenyata korban kll... (wufff,, cocok ma judul refrat neh! )
berhubung operator and konseptor udah sangat banyak n mencukupi, jadilah aku cuma jadi penonton... (nglanjutin tidur lagi?? sssttt...ya gituuu dehhh :) )
dan setelah selesai... oh... ternyata kerjaan visum itu kayak PF doang...cuma bedanya dikerjainnya ke mayat yah...
hmmm....
cukup menyenangkan juga.
semangat aja dah buat visum selanjutnya..
chiayoooo...
ngemeng2 besok tanggal merah, muga2 bener2 libur, muga2 sepi visum yah...
biar bisa ngumpul ma papah mamah dan aa (yang ntah jadi mudik semarang gak sih a?)

Selasa, 29 April 2008

DAN KU PUN "TENGGELAM"

Mekanisme tenggelam :

  1. Dengan aspirasi cairan (typical atau wet drowning)

  2. Tanpa aspirasi cairan (atypical atau dry drowning)

  3. Near drowning = kematian terjadi akibat hipoksia ensefalopati atau perubahan sekunder pada paru


Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, dapat dikenali gejala- gejala yang terjadi :

  1. korban menahan napas

  2. karena peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 terjadi megap-megap, dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi isi lambung

  3. refleks laringospasme yang diikuti dengan pemasukan air

  4. korban kehilangan kesadaran

  5. kemudian terjadi apnoe

  6. megap-mega kembali, bisa sampai beberapa menit

  7. kejang-kejang

  8. berakhir dengan henti napas dan jantung


Perubahan-perubahan pada paru :

  1. Refleks vasokonstriksi akan menyebabkan hipertensi pulmonal

  2. Bronkokonstriksi akan meningkatkan resistensi jalan napas

  3. Denaturasi surfaktan yang disertai deplesi yang cepat dari jaringan paru akan menyebabkan rasio ventilasi/perfusi menjadi abnormal

  4. Pada tingkat seluler, terjadi kerusakan endotel vaskular dan sel epitel bronkial/alveoli

  5. Aspirasi air tawar akan menyebabkan hemodilusi

  6. Aspirasi air laut akan menyebabkan hemokonsentrasi

  7. Perubahan tegangan permukaan paru akan menyebabkan ketidakstabilan alveoli dan paru menjadi kolaps.

Dry Drowning

15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning, yang mana tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi dengan sangat mendadak dan tidak tampak adanya tanda-tanda perlawanan. Mekanisme kematian yang pasti masih tetap spekulatif.


Cairan yang mendadak masuk dapat menyebabkan 2 macam mekanisme :

  1. laringospasme yang akan menyebabkan asfiksia dan kematian

  2. mengaktifkan sistem saraf simpatis sehingga terjadi refleks vagal yang akan mengakibatkan cardiac arrest.

Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :

  1. intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)

  2. penyakit yang telah ada, misal atherosclerosis

  3. kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak

  4. ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin, disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest


Near drowning :

Korban mengalami hipovolemik akibat perpindahan cairan ke paru dan jaringan seluruh tubuh. Gejala sisa yang lain, seperti disrimia, defisit neurologis dan renal, dipercaya merupakan akibat langsung dari hipoksia dibanding akibat tenggelam.


Perpindahan Panas

Air menghantarkan panas 25x lebih cepat dari udara.

Kecepatan perpindahan panas tubuh yang berada dalam air dipengaruhi beberapa hal :

  1. bentuk tubuh (lemak merupakan isolator panas)

  2. usia (anak-anak memiliki permukaan tubuh paling proporsional sehingga akan menjadi lebih cepat dingin)

  3. pergerakan, misalnya berenang (akan memindahkan air yang lebih hangat ke dekat tubuh)

  4. perlengkapan isolator, seperti pakaian


Hipotermia

Tiga fase klinis :

  1. fase eksitatori, korban gemetaran disertai kebingungan

  2. fase adinamik, terjadi rigiditas muscular dan penurunan kesadaran

  3. fase paralitik, ketidaksadaran yang akan diikuti oleh aritmia dan kematian.

Fase-fase ini penting diketahui untuk keperluan resusitasi pada korban yang hampir mati tenggelam sebab pada fase paralitik korban dapat dikira telah meninggal.

AUTOPSI LUAR

Tangan

Tangan sebaiknya diperiksa secara seksama untuk luka-luka yang mencurigakan dan memperagakan gambaran-gambaran tegas dari tenggelam.

· Cutis Anserina à gambaran “gooseflesh” (kulit angsa) karena kontraksi dari muskulus erector rambut, non spesifik. Gambaran ini dapat ditentukan pada mayat yang tidak tenggelam.

· “washerwoman” à penenggelaman yang lama dapat menyebabkan pemutihan dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki. (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat)

· adanya tumbuhan air yang tergenggam dalam tangan à bisa karena usaha menyelamatkan diri atau bisa secara pasif karena terperangkap (post – mortem).

Muka dan kepala

Muka dan kepala mengungkapkan 2 karakteristik tenggelam :

1. Livor Mortis

· Pusat gravitasi tubuh adalah kepala à korban biasanya mengambang sebagian dengan kepala didalam air sehingga livor mortis menonjol di daerah kepala dan muka.

· Warna dari livor mortis mungkin berwarna merah muda – merah terang yang tidak biasa. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.

2. Foam Cone ( champignon de mousse )

  • Keluar dari mulut dan lubang hidung berwarna putih atau disertai dengan darah, buih, dan busa yang memenuhi jalan napas jumlah busa meningkat beberapa saat setelah meninggal karena penekanan rigor mortis pada dada.
  • Tubuh pada posisi supinasi yang tidak terganggu, biasanya busa memanjang membentuk seperti bentuk cone.

Luka – luka

Pemeriksaan yang terperinci dan dokumentasi yang benar dari luka adalah bagian yang penting dari otopsi forensik. Insiden yang tinggi dari luka post-mortem pada kulit dan jaringan subkutan, pada mayat yang tenggelam menyulitkan interpretasi pada pemeriksaan.

Harus diperhatikan luka yang mencurigakan :

· luka karena pertahanan diri à jari, tangan, lengan / kaki ( kuku yang patah, kulit yang tersayat, dll )

· memar / lecet

· jejas pada lengan atas/ daerah lain yang mudah dijangkau

· memar / lecet pada bibir bagian dalam

· luka pada kulit / jaringan leher yang lebih dalam

Luka Ante-Mortem

à membantu penjelasan kematian akibat tenggelam

Contoh :

  • fraktur cervical, kadang diasosiasikan dengan memar dari otot-otot paravertebra à mungkin terjadi pada saat korban berusaha berenang ketempat yang lebih dangkal.
  • luka karena kekerasan tumpul pada wajah / dahi bisa terjadi karena tubuh berbenturan dengan air.

Luka Post-Mortem

· biasa ditemukan pada korban tenggelam akibat dari posisi kepala yang terbenam dalam air à adanya luka akibat kekerasan tumpul yang signifikan pada muka dan kepala.

· terbenturnya korban ke karang / batu coral à memar,luka lecet, laserasi,dll

· kontak dgn dasar yang berpasir à memar dangkal yang difus

· akibat dari hewan laut seperti ikan (hiu), buaya, atau hewan lain yang sedang mencari makan

· luka yang terjadi akibat terbentur kapal à luka akibat kekerasan tumpul (terbentur lambung kapal), luka potong sejajar karena baling-baling kapal.

· akibat resusitasi à luka terutama pada bibir, gigi, dada

Penemuan patologis post-mortem dipengaruhi byk hal, tmsk lingkungan tempat terbenam dan

waktu terbenam dalam air.

Hal2 penting :

  • identitas korban (mgk telah tjd pembusukan)
  • sebab langsung kematian (akibat tenggelam atau bukan)
  • pengaruh faktor2 lain
  • interval post-mortem atau kematian karena tenggelam
  • perbedaan luka ante dan post mortem
  • membandingkan bukti hasil pemeriksaan dengan lingkungan
  • Pakaian

    • Pakaian basah kuyup, menempel pasir, tumbuhan atau hewan air atau memastikan tenggelam + menentukan tempat tenggelam
    • Feses pd pakaian dalam
    • korban penderita epilepsi
    • non spesifik atau bisa mrpkn fase normal

    Diduga keadaan tidak sesuai dgn peristiwa / mencurigakan bila :

    • perlengkapan yang dipakai tak sesuai dengan aktivitas saat itu
    • berantakan mgk mrpkn usaha menyelamatkan diri atau perlawanan
    • hal hal yang tak berhubungan atau luka potong, luka berlubang, noda darah

    Internal Examination

    Walaupun ada beberapa perubahan karakteristik pada kematian akibat tenggelam tapi tidak satupun tanda pathognomonik.
    Sangat sedikit sekali bahkan tidak ada sama sekali perubahan berat pada tenggelam kering. Sejumlah kecil air mungkin ditemukan pada saluran pernapasan atas dan mungkin ada oedem paru yang ringan. Sangat berbeda pada tenggelam basah yang terjadi perubahan berat, berwarna “plum” dan konsistensi keras. Permukaan dari pleura sebagian ataus seluruhnya tertutyp pleh petechiae (paltauf’s spot). Larynk, trakea, bronkus terisi busa berwarna putih atau merah dalam jumlah banyak. Juga terdapat benda asing yang teraspirasi seperti pasir, rumput laut atau muntah.


    Diluar rongga dada, terdapat dua gambaran yang lagi lagi bukan merupakan tanda pathognomonik yaitu tertelannya air di lambung dan bendungan atau perdarahan di mukosa bagian tengah. Itu merupakan konsekuensi dari perubahan tekanan yang berhubungan dengan pergerakan hembusan napas yang kuat dan mungkin ditambah dengan hipoxia yang menginduksi kekuatan pembuluh darah.


    Penemuan lain yang menjadi faktor penyumbang penetuan episode kematian akibat tenggelam. Contohnya, penyakit yang diderita sebelumnya, makanan yang tercerna di lambung. Efek stimulasi kardiovaskular karena kekenyangan kadang dikesampingkan. Aktivitaas fisik yang berhubungan dengan mandi. Itu semua dapat memberikan konstribusi sebab kematian.

    Penemuan lain adalah sisa dari obat yang telah tercerna di lambung, atau warna mukosa esophagus; hiperplasia gusi yang berhubungan dengan pengobatan epilepsi; juga bau alkohol.


    Mikroskopi


    Secara keseluruhan. nilai bermakna dari pemeriksaan mikroskopi adalah :

    • konfirmasi dari atau penyakit terdahulu (MCI)

    • konfirmasi atau inhalasi aur/ benda asing ke dalam paru


    pembuluh darah alveoli menjadi distensi, mengandung air dan benda asing. Dinding septum alveolar terlihat merenggang dan menipis. Kondisi tersebut dideskripsikan sebagai “aqueous emphyema”.pemeriksaan mikroskopi lain tidak memiliki konstribusi apapun. Mikroskopi dan otak dan paru mungkin ditemukan perubahan siknifikan jika kematian tenggelamnya akibat tenggelam dangkal akibat pencelupan. Paru memperlihatkan sindrom distress pernapasan pada dewasa, pembengkakan dan proliferasi dari sel permukaan alveolar, menebalnya septum alveolar dan terbentuknya membran hyali. Pada otak terlihat hipoxia enchepalopathy dengan khas neuron berwarna merah. infeksi pneumonia mudah sekali terjadi.


    Pembusukan

    Pemeriksaan tubuh yang telah busuk mempunyai dua masalah yaitu konfirmasi objektif identitas dan interprstasi pemuan fisik menjadi lebih sulit. Kesalahan pemeriksaan tubuh yang membusuk dengan perhatian serta metode yang kurang sering terjadi.

    Tenggelam pada air laut mengalami pembusukan yang lebih lama, apalagi ditambah dinginnya air. Bagaimanapun, pembusukan secara cepat terjadi ketika tubuh diangkat dari dalam air dan ditempat yang hangat. Suhu, jenis air (payau, laut, tawar) dan air segar berhubungan dengan kecepatan pembusukan. Tenggelam dalam air dingin menyebabkan lemak tubuh menjadi adiposera. Bentuk tubuh akan terpelihara baik ketika adiposera terbentuk. Pemeriksaan radiologi sangat penting dilakukan pada tubuh yang busuk. Identifikasi objektif perlukaan yang tak terduga mungkin dapat terlihat.

    Dari luar, pembusukan tubuh yang diankat dari air adalah hampir sama dengan yang tidak pernah tenggelam. Ada perubahan warna pada kulit dan penggembungan lemak subkutan serta rongga tubuh. Pecah pecah yang terdapat pada tangan “washerwoman” dan kaki, spontan terjadi. Flap dari penebalan kulit sebagian menjadi sangat berarti untuk identifikasi dactylographic.


    Pemeriksaan dalam mungkin membuka beberapa hal penting yang kadang perubahannya mungkin menyesatkan. Pertama, rembesan darah ekatravaskular dibawah permukaan tengkorak karena lividitas pembuluh darah menyebabkan berbenjol dan berwarna ungu pada dibawah permukaan tengkorak, mirip seperti memar akibat benda tumpul. Ini tentu saja tidak berhubungan dengan perlukaan dari tengkorak. Ini dapat dilihat pada bagian lain, termasuk otot leher. Kedua, paru lebih terlihat kolaps dari pada membesar. Pada proses pembusukan terdapat rembesan air yang terhirup paru kemudian masuk melalui kavitas pleura. Khasnya rongga dada berwarna coklat, air di dalamnya berwarna keruh dan tampak bulat bulatan lemak yang mengapung.


    Penemuan ini juga didapat pada telinga bagian tengah. Biasanya terdapat pada tubuh busuk dan merupakan bukti konfirmasi berharga mati karena tenggelam. Sayangnya, banyak faktor intrinsik dan lingkungan terlibat pada proses pembusukan. Penilaian berapa lama tubuh sudah meninggal kurang akurat daripada tubuh yang meninggal pada daerah kering bukan air.

    Diatome

    Definisi:

    Suatu ganggang bersel satu yang ditemukan di air dgn pencahayaan yang cukup.

    Ukuran : 40-200 microm tetapi mungkin juga dgn ukuran <> 1microm

    Bentuk : bervariasi

    Prinsip umum pada pembuktian kematian akibat tenggelam adalah dengan ditemukannya diatom pada:

  • Paru-paru
  • Ginjal
  • Darah
  • Sum-sum tulang
  • Dengan ditemukannya diatom pada korban tenggelam dapat memberikan penjelasan :

    • Apakah kematian orang tersebut diakibatkan tenggelam / bukan?
    • Apakah orang tersebut masih hidup pada saat tenggelam ?
    • Perbandingan diatom yang ada di air dan di tubuh korban.

    False Positive

    Kontaminasi dari dunia luar pada saat pemeriksaan laboratorium.Contohnya dari inhalasi dan ingestan pemeriksa

    False Negative

    Diatom yang harusnya ada, tetapi tidak ditemukan. Contohnya Dry Drowning dan pemeriksaan wet Drowning yang salah (kesalahan laboratorium)

    Gettler's test

    Salah satu cara yang dipakai untuk menilai kadar Cl dalam darah yang diambil dari sisi kanan dan kiri jantung.

    Jika kadar Cl > 25mg/100ml = membahayakan.

    Akan tetapi cara ini jarang dipakai karena sering terjadi perubahan kadar Cl setelah kematian.

    http://www.freewebs.com/tenggelam.htm

    PERIHNYA LUKA DI HATI LUKA

    Luka memar (tentukan warna)

    Pada dada 3 cm GPD, 2 cm di bawah puting susu terdapat luka memar warna kebiruan seluas 5 cm x 4 cm.

    Pada lengan kiri atas sisi dalam 4 cm dibawah lipat ketiak terdapat dua buah luka memar berwarna merah lehijauan yang masing-masing berukuran 3 cm x 2 cm dan 1,5 cm x 2 cm.

    Luka lecet geser (tentukan arah)

    Pada punggung kanan 8 cm GPB, 13 cm dibawah puncak bahu terdapat luka lecet geser dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah meliputi darah seluas 9 cm x 4 cm.

    Luka lecet tekan (tentukan bentuk)

    Pada daerah paha kanan depan 5 cm di bawah lipat paha terdapat luka lecet tekan berbentuk bulat seluas 3 cm x 2 cm dikelilingi memar berwarna kemerahan seluas 4 cm x 5 cm.

    Luka robek ( tepi, sudut, dasar, jembatan jaringan )

    Pada dahi kiri 2 cm GPD, 3 cm di bawah batas rambut depan terdapat luka terbuka, tepi tidak rata, kedua sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan, dasar luka jaringan bawah kulit luka bila di rapatkan membentuk garis lurus sepanjang 5 cm.

    Pada pelipis kanan, 7 cm dari puncak kepala, 2 cm di atas batas rambut samping terdapat luka terbuka tepi tidak rata, kedua sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan, dasar luka otot kepala, pada bagian atasnya terdapat kulit yang menggelambir kearah atas seluas 2 cm x 1 cm, luka bila dirapatkan membentuk garis lengkung sepanjang 5 cm.

    Diskripsi jejas / kekerasan dileher.

    Pada seluruh leher terlingkar jejas berupa luka lecet tekan, kaku, licin, keras pada perabaan, seperti kertas perkamen, depan 2 cm di bawah dasar kulit, dua buah, lebar 1,5 cm, kanan tujuh cm di bawah telinga lebar 1 cm, kiri tujuh sentimeter di bawah telinga lebar 1 cm. Simpul terdapat pada sisi kanan belakang enam sentimeter GPD, 3 cm di bawah batas bawah rambut belakang arah dari depan ke kanan dan ke kiri miring, membentuk sudut 30 derajat dengan garis mendatar.

    Pada leher terdapat luka lecet tekan yang melingkari leher:

    a. Bagian depan, 7,5 cm di bawah dagu, terdapat satu luka lecet tekan, lebarnya 7mm.

    b. Bagian kanan terdapat 4 luka lecet tekan:

    1. Delapan sentimeter dari GPD, tepat di bawah tulang rahang bawah kanan mengarah ketelinga, selebar 3 mm, sepanjang 9 cm dari GPD.

    2. 3,5 cm di bawah telinga, selebar 3 mm, sepanjang 10 cm dari GPD

    3. 7 cm di bawah telinga, selebar 3 mm terus memanjang sampai mengelilingi seluruh leher.

    4. 6 cm di atas tulang selangka kanan, selebar 3 mm, sepanjang 3,5 cm dari GPD.

    c. Bagian kiri terdapat 2 lecet tekan :

    1. 6 cm di atas tulang selangka kiri, selebar 3 mm, sepanjang 14 cm dari GPD.

    2. 6 cm di bawah telinga kiri selebar 3 mm terus memanjang sampai mengelilingi seluruh leher.

    d. Bagian belakang terdapat satu lecet tekan:

    Empat sentimeter dibawah batas rambut, selebar 3 mm, merupakan lanjutan kiri dan kanan yang mengelilingi seluruh leher

    Pada leher terdapat jejas jerat/ luka lecet tekan yang mencekung ke dalam berwarna kecoklatan, perabaan permukaannya keras/kaku, dengan lebar jejas….cm. yang melingkari leher dari depan ke belakang dengan jejas simpul pada leher samping kanan seluas ….cm x….cm. Lokasi jejas pada leher sebagai berikut :

    • Pada leher depan di atas/ dibawah rawan gondok…..cm di atas tulang dada,…..cm di bawah dagu.
    • Di samping kanan…..cm di bawah cuping telinga
    • Di samping kiri …..cm di bawah cuping telinga.
    • Jejas jerat menghilang pada batas rambut samping….cm dibelakang telinga,……cm di atas batas rambut.

    Pada leher melingkari leher terdapt kawat dengan diameter 2 mm dan melilit 2 kali kemudian dipilin di ujungnya panjang lingkaran 18 cm. Tepat di bawah lilitan kawat terdapat jejas jerat berupa luka lecet tekan warna kehitaman melingkari leher setinggi di depan rawan gondok, di kanan 7 cm di bawah telinga, dibelakang tepat dibawah batas rambut belakang.

    Belakang kepala kiri 4 cm dari GPB 12 cm di atas batas rambut belakang terdapat lecet tekan 3 cm x 3 cm.

    Yang perlu dicatat : bentuk luka

    lokasi ketinggian pada GPD

    sisi kanan dan kiri

    lokasi hilangnya jejas

    perkiraan hilangnya jejas simpul.

    lebar luka pada lokasi lokasi tersebut

    Luka senjata tajam

    Pada perut tepat GPD, 22cm di bawah puting susu, 102 cm di atas tumit terdapat luka terbuka dengan tepi rata, kedua sudut tajam, luka bila dirapatkan berbentuk garis sepanjang 3 cm dengan dasar luka rongga perut. Dari luka keluar usus seluas 13cmx 20 cm.

    Pada lengan kiri tepat pada lipat siku sebelah luar, ditemukan luka dengan tepi rata, kedua sudut tajam dengan ukuran 7 cm x 7,5 cm, dasar luka tulang dengan bungkus sendi yang terpotong rata.

    Pada dada kiri 3 cm GPD, 10 cm dibawah puncak bahu, 140 cm diatas tumit, terdapat luka terbuka, tepi rata, sudut kanan atas tajam, sudut kiri bawah tumpul, dinding luka bersih, dasar otot yang terobek, tidak ada jembatan jaringan, sekitar luka bersih ukuran 4 cm x 1 cm, bila dirapatkan berupa garis yang berjalan dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 45 derajat dengan garis horizontal , sepanjang 4,5 cm.

    Luka gorok

    Pada leher depan kiri dan kanan, satu sentimeter di bawah jakun terdapat luka terbuka ke arah leher sebelah kiri, tepi rata, kedua sudut lancip, dasar otot, dari luka tampak tulang rawan gondok, otot-otot leher dan pembuluh leher yang terpotong rata rata, luas luka tiga belas sentimeter kali dua sentimeter dan pada sudut sebelah kanannya diteruskan dengan dua luka lecet gores masing-masing sepanjang lima sentimeter dan tiga sentimeter, bila luka dirapatkan memebentuk garis sepanjang tiga belas setengah setengah sentimeter.

    Luka bakar

    Pada punggung kanan mulai dari puncak bahu sampai punggung kiri 7 cm GPB, 13 cm dibawah puncak bahu kiri, terdapat luka bakar berupa kulit ari tang mengelupas dengan dasar berwarna kemerahan, meliputi daerah seluas 20 cm x 18 cm. meliputi daerah seluas (rule of nine)

    Mayat sudah berbentuk arang, dengan kondisi yang relative utuh terdiri dari kepala, leher, badan. Lengan atas kanan dan kiri terputus pada : lengan atas kanan 6,5 cm dibwah puncak bahu, dan lengan atas kiri 5 cm dibawah puncak bahu. Dengan keadaan luka sbb:

    § Jaringan lunak kepala sudah tidak ada lagi, tulang muka hangus, sebagian besar rambut kepala tidak ada lagi meliputi daerah seluas ….(rule of nine)

    § Tulang ubun-ubun, pelipis dan belakang kepala tidak ada lagi seluas 13 cm x 11 cm, tampak jaingan otak yang sudah berubah warna manjadi coklat.

    Trauma listrik:

    Luka masuk :

    Pada telapak tangan kiri sisi luar terdapat garis yang mencekung yang berwarna kecoklatan /kehitaman seluas …. Cm x …. Cm yang dikelilingi oleh daerah yang berwarna kemerahan dan putih (halo).

    Diskripsi Granat

    Pada pinggang kanan terdapat luka terbuka yang luas serta kotor, terdapat pasir dan logam. Robek tak beraturan seluas 24 cm x 22 cm dikelilingi lecet dan dari luka keluar usus

    Pada dagu terdapat luka lecet dan robek tidak beraturan meliputi daerah seluas 10 cm x 5 cm. Dasar luka rongga mulut.

    Pada pipi kanan 9 cm sebelah kanan GPD, 5 cm sudut luar mata kanan terdapat luka terbuka, tepi tidak rata, dasar otot, kulit menggelambir kearah kanan ukuran 5 cm x 7 cm.

    Pada seluruh tubuh bagian depan mulai dari muka sampai tungkai atas dan bawah terdapat luka-luka terbuka kecil-kecil dengan tepi tidak rata.S

    Diskripsi luka tembak

    Pada dada kiri 5 cm dari GPD, 15 cm di dawah bahu, 135 cm di atas tumit terdapat luka terbuka berbentuk lubang, berdiameter 6 cm, disekitar lubang terdapat lecet melingkar,pada sisi kanan….mm, pada sisi kiri…….mm,atas ……mm, bawah ……..mm.

    Disekitar luka terdapat jelaga dengan daerah seluas 4 cm x 5 cm, dan adanya titik-titik hitam pada daerah seluas 2 cm x 3 cm.

    Diskripsi Periksa Dalam

    Jaringan kulit bawah leher

    Tepat dibawah luka (no 10 ad 1) dan tepat di kiri garis pertengahan terpotong sepanjang satu sentimeter.

    Tepat dibawah luka (no.10 ad 2) terpotong sepanjang delapan millimeter.

    Tepat dibawah luka pada leher kanan depan, 5 cm dari garis pertengahan robek satu setengah cm. Otot leher belakang kiri terdapat resapan darah seluas sembilan cm kali empat sentimeter.

    Otot leher belakang kanan tepat di bawah luka (no.10 ad.2) robek sepanjang satu setengah cm. Otot leher kiri belakang, dua sentimeter GPD robek sepanjang satu setengah sentimeter.

    Mulai di kiri atas ke kanan bawah robek dengan tepi rata dengan dasar luka otot dan pembuluh balik leher sebelah kiri ( V jugularis sinistra)

    Otot leher sisi kiri ditemukan resapan darah seluas 2 cm x 2 cm.

    Sisi kanan, 8 cm di atas tulang selangka terpotong tepi rata dikelilingi resapan darah. Pembuluh balik dan nadi leher kanan putus tepi rata. Ruas tulang leher ketiga sisi depan patah tepi rata. Rawan gondok patah dikelilingi resapan darah

    Iga-iga

    Iga pertama sebelah kiri terpotong rata pada persambungan dengan tulang dada

    Sela iga kiri, robek sepanjang 5 cm ( luka no 8)

    Iga ketujuh kiri, robek sepanjang tiga sentimter (luka no.9)

    Iga ke enam kanan, robek sepanjang 13 cm ( luka nomor 10)

    Tulang dada patah setinggi otot sela iga ke lima di kelilingi resapan darah.

    Kulit kepala bagian dalam

    Pada ubun-ubun kiri tepat di bawah luka terdapat resapan darah seluas sepuluh sentimeter kali delapan sentimeter.

    Pada dahi kanan lima sentimeter garis pertengahan depan terdapat resapan darah seluas lima sentimeter kali lima sentimeter.

    Kulit kepala belakang kanan terdapat resapan darah seluas lima sentimeter kali enam sentimeter.

    Resapan darah disekitar luka terbuka dibelakang kepala kiri dan diseluruh belakang kepala.

    Pada daerah pelipis kiri, puncak kepala hingga pelipis sebelah kanan di bawah kulit kepala terdapat resapan darah meliputi daerah seluas 23 cm x 8 cm.

    Tulang tengkorak:

    Ubun-ubun kiri tampak retak tulang pada permukaan luar yang tidak menembus kedalam dan tidak rata sepanjang dua sentimeter.

    Mulai dari sisi atas tulang karang kanan melanjut ke tulang pelipis dan berakhir pada tulang kepala belakang kanan patah tepi tidak rata sepanjang sepuluh sentimeter.

    Mulai dari sisi bawah tulang karang kanan dan berakhir pada tulang kepala belakang kanan, patah tepi tidak rata sepanjang tujuh sentimeter.

    Pelipis kiri patah berkeping-keping yang meluas kearah seluruh belakang kepala.

    Dasar tengkorak retak melintas dari pelipis kiri dan pelipis kanan melalui tulang karang dan pelana turki

    Pada puncak kepala terdapat patah tulang yang berjalan kearah kiri depan kearah pelipis sebelah kiri sepanjang 22 cm berlanjut hingga ke dasar tengkorak tengah kiri sepanjang lima sentimeter.

    Permukaan luar tulang tengkorak di belakang kepala bawah kiri terpotong rata 8 cm.

    Di belakang kepala bawah kanan terpotong rata 2 cm.

    Selaput Keras dan Lunak Otak

    Ditemukan perdarahan dibawah selaput keras otak

    Daerah pelipis kanan dan kiri ditemukan perdarahan dibawah selaput lunak otak.

    Daerah dahi kiri dan kanan ditemukan perdarahan dibawah selaput lunak otak.

    Diatas selaput keras otak bagian dahi terdapat perdarahan seluas dua belas sentimeter, tebal dua millimeter sampai enam millimeter.

    Dibawah selaput keras otak tepat pada seluruh permukaan otak besar terdapat perdarahan Dibawah selaput lunak otak pada hampir seluruh permukaan terdapat perdarahan.

    Pada daerah ubun-ubun sebelah kiri mulai garis pertengahan kearah kiri belakang terdapat robekan sepanjang 3 cm

    Pada daerah pelipis kanan terdapat robekan sepanjang 3,5 cm

    Dibawah selaput keras otak seluruh permukaan otak terdapat perdarahan

    Dibawah selaput lunak otak seluruh permukaan otak terdapat perdarahan pada seluruh permukaan otak.

    Otak besar

    Permukaan agak datar, celah otak menyempit, tampak pelebaran pembuluh darah.

    Pada dahi kiri bawah ditemukan memar seluas lima sentimeter kali lima sentimeter.

    Pada pelipis kiri bawah ditemukan memar masing-masing berukuran dua sentimeter kali dua sentimeter, dan tiga sentimeter kli satu sentimeter.

    Pada kepala belakang kanan bawah ditemukan memar berukuran dua sentimeter kali empat sentimeter.

    Dahi kanan memar jarinngan dua sentimeter kali dua sentimeter.

    Dahi kiri memar jaringnan dua sentimeter kali dua sentimeter.

    Pelipis kanan memar jaringan satu sentimeter kali dua sentimeter.

    Belakang kepala kiri robekan dan memar tiga sentimeter kali dua sentimeter.

    Pada daerah ubun-ubun sebelah kiri, satu sentimeter dari garis pertengahan terdapat memar dan hancurnya jaringan otak seluas 2 cm x 1 cm

    Otak kecil

    Ditemukan penonjolan otak kecil., tampak pelebaran pembuluh darah pada baga kanan ditemukan memar berukuran satu sentimeter kali satu sentimeter.

    Penampang pada daerah tonjolan otak kecil berwarna lebih pucat dan gambaran penampang otak kecil melebar.

    Batang otak

    Tampak pelebaran pembuluh darah, penampang putih bintik-bintik merah

    Koordinat luka :

    Garis Pertengahan Depan (GPD)

    Garis Pertengahan Belakang (GPB)

    Batas rambut : depan, belakang, samping

    Lipat : lutut, ketiak, paha

    Alis

    Cuping telinga

    Puting susu (untuk pria saja)

    Pergelangan tangan, kaki

    Dll

    Yang dapat di catat pada bagian Lain-lain misalnya :

    Ditemukan plester/ lakban sebanyak tiga lapis menutupi kedua mata lebar 4 cm, batas atas setinggi alis, batas bawah setinggi 2 cm di atas ujung hidung.

    Ditemukan plester atau lakban sebanyak tiga lapis menutupi mulut, lebar 4 cm, batas atas setinggi cuping hidung, batas bawah 1,5 cm di bawah sudut mulut.

    Ditemukan plester / lakban sebanyak 4 lapis yang mengikat kedua lengan bawah dengan posisi menyilang, posisi lengan kiri diatas.

    Ditemukan plester/lakban yang mengikat kedua tungkai bawah dengan posisi menyilang sebanyak satu lapis, posisi kaki kanan diatas.

    Pada sekeliling mata kanan dan kiri, dibawah ketiak kanan dan kiri perut bawah terdapat luka seperti gigitan serangga.

    Bola mata kempes mata menonjol keluar. Mayat sudah membusuk lanjut tampak kulit ari sudah mengelupas semua, kantung kemaluan membesar. Seluruh tubuh berlumuran Lumpur, rambut kepala sudah terkelupas

    Mayat menggelembung, kulit ari terkelupas seluruhnya, mata menonjol dan rusak, bibir mencucu

    Pada ubun-ubun kiri tiga sentimeter dari garis pertengahan tujuh sentimeter diatas tulang bola mata kiri terdapat luka terbuka tepi tidak rata tampak jaringan kulit kepala dikerumuni belatung, ukuran luka sepuluh sentimeter kali tujuh sentimeter.

    Pada belakang kepala kanan, satu sentimeter pada pangkal telinga sepuluh sentimeter diatas bahu terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dasar otot seluas empat sentimeter kali tiga sentimeter, tampak jaringan dikerumii belatung.

    Pada punggung ibu jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan terdapat luka terbuka tepi tidak rata dasar jaringan bawah kulit dan dikerumuni belatung seluas lima sentimeter kali tiga sentimeter.

    Kesimpulan

    Infanticide

    Pada pemeriksaan terhadap mayat bayi laki-laki ini, didapatkan tanda-tanda baru lahir, lahir hidup, mendekati cukup bulan, tidak ada tanda-tanda perawatan, selain itu didapatkan luka lecet dan memar di daerah leher dan pipi kanan akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya ditemukan adanya tanda-tanda perbendungan yang sesuai dengan tanda asfiksia. Sebab mati adalah kekrasan tumpul pada leher yang menekan jalan nafas sehingga terjadi asfiksia.

    Asfiksia /kekerasan di leher/ bacok

    Mayat telah membusuk lanjut dengan perkiraan saat kematian lebih dari dua hari sebelum saat pemeriksaan.

    Pada mayat laki-laki ini ditemukan jerat pada leher berupa kawat dua lilitan dan jejas jerat melingkari leher. Pemeriksaan dalam menunjukan adanya resapan darah pada otot leher, patah tulang rawan gondok kanan dan patah tulang lidah kiri.

    Sebab matinya orang ini adalah jeratan pada leher yang menekan jalan nafas sehingga terjadi asfiksia ( mati lemas )Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka-luka terbuka pada leher akibat kekerasan tajam, juga ditemukan resapan darah pada kulit kepala akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya ditemukan luka-luka bakar pada tungkai, lengan dan kemaluan yang terjadi setelah korban meninggal. Penyebab kematian adalah kekerasan tajam pada leher ( luka no. 10 ad 1.2 dan 7) yang memotong batang tenggorok, rawan gondok dan memutus cabang-cabang pembuluh darah leher, sehingga terjadi perdarahan.

    Pada mayat laki-laki berusia kurang lebih 20 th ini didapatkan luka-luka terbuka dan putusnya pembuluh darah leher sebelah kiri akibat kekerasan tajam. Selanjutnya didapatkan alat-alat dalam tubuh yang pucat. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam (bacokan) pada daerah leher. Saat kematian diperkirakan kurang dari 2 jam setelah makan yang terakhir.

    Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada tengkuk berbatasan dengan belakang kepala dan leher yang mengakibatkan perdarahan keluar tubuh bersama-sama kekerasan tajam tembus di bahu kiri yang mengakibatkan masuknya dan mendesaknya udara dalam rongga dada (pneumothoraks) dan kuncupnya paru kiri

    Pada mayat perempuan ini ditemukan jejas ikatan pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki . Selain itu di temukan memar pada sudut mulut kanan dan resapan darah pada otot –otot leher , akibat kekerasan tumpul yang ciri-cirinya sesuai denggan akibat pembekapan dan pencekikan/ tekanan pada leher setinggi rawan gondok.

    Pemeriksaan dalam menunjukan adanya asfiksia.

    Sebab matinya orang ini adalah tekanan pada mulut dan leher yang menekan jalan nafas sehingga terjai asfiksia.

    Saat kematian orang ini diperkirakan antara enam sampai dua belas jam sebelum pemeriksaan dan kurang dari empat jam setelah makan terakhirnya (nasi).

    Tenggelam

    Telah diperiksa mayat laki-laki dalam keadaan membusuk lanjut dan badan basah berlumpur. Pada pemeriksaan di dapatkan adanya luka- luka akibat kekerasan tajam pada kaki kiri. Selain itu ditemukanpula luka-luka terbuka pada ubun-ubun kiri dan belakang kepala kanan serta lengan kanan yang sudah tidak dapat ditentukan lagi jenis kekerasannya karena bentuk luka dirusak oleh belatung. Pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan patah tulang ringan pada ubun-ubun kiri dan tanda-tanda masuknya air kedalam paru-paru.

    Penyebab kematian adalah tenggelam

    Sebab matinya orang ini adalah tenggelam dalam air dengan ditemukannya ganggang pada pemeriksaan apus paru serta adanya tanda-tanda terendam dalam air. Selanjutnya ditemukan luka-luka terbuka dangkal pada dahi dan bu jari kaki kanan, luka lecet pada punggung kaki kanan dan memar pada bibir disebabkan oleh kekerasan tumpul.

    Test pada air seni untuk opiat positif.

    Pada mayat laki-laki tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Pemeriksaan dalam menunjukan adanya butir-butir Lumpur di dalam saluran nafas dan isi lambung serta tanda-tanda asfiksia.

    Pemeriksaan getah paru menunjukan adanya diatome (ganggang air) yang menunjukan bahwa air telah masuk kedalam saluran nafas hingga ke paru-paru pada saat ia masih hidup.

    Sebab mati orang ini adalah tenggelam.

    Bakar

    Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka bakar derajat empat (hangus) pada sembilan puluh derajat dari seluruh luas permukaan tubuhnya akibat terbakar. Selain itu ditemukan luka terbuka pada dibelakang kepala kiri dan patah tulang pelipis kiri dan belakang kepala kiri akibat kekerasan tumpul. Kekerasan pada kepada tersebut telah mengakibatkan perdarahan diatas dan dibawah selaput keras otak, perdarahan di bawah selaput lunak otak, memar dan kerusakan jaringan otak.

    Pemeriksaan dalam menunjukan adanya jelaga di saluran nafas yang menunjukan bahwa laki-laki tersebut masih hidup sewaktu terbakar. Tidak ditemukan cedera alat-alat dalam dada dan perut. Sebab matinya orang ini adalah kekerasan tumpul di kepala yang memcederai otak besar, yang diperberat dengan luka bakarnya.

    Granat

    Pada pemeriksaan terhadap mayat laki-laki 22 tahun ini terdapat luka terbuka pada tungkai kiri, belakang kepala kiri, dan pinggang yang tepinya dikelilingi lecet, dari luka keluar usus. Juga ditemukan luka-luka terbuka dangkal tersebar sebesar titik pada lengan bawah kiri dan kanan.

    Sebab kematian pada korban ini adalah akibat partikel logam yang mengenai kepala yang mengakibatkan perdarahan di bawah selaput keras otak, perdarahan di bawah selaput lunak otak, memar otak dan robeknya jaringan otak serta pada perut yang merobek usus besar dan penggantung usus. Luka-luka ini sesuai dengan kelainan yang ditemukan pada korban akibat ledakan.

    Kekerasan tumpul

    Pada pemeriksaan mayat perempuan berumur empat puluh dua tahun ini ditemukan memar pada kepala, luka lecet pada lengan kanan dan kiri akibat kekerasan tumpul.

    Pemeriksaan laboratorium menunjukan tanda-tanda persetubuhan.

    Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada kepala yang menyebabkan perdarahan di bawah selaput lunak otak dan sembab otak pada bagian pelipis kanan dan kiri.

    Mayat laki-laki berumur sekitar empat puluh lima tahun, terdapat memar dan lecet di daerah kepala dan luka lecet pada anggota gerak akibat kekerasan tumpul.

    Sebab kematian orang ini adalah kekerasan tumpul pada daerah kepala yang mengakibatkan perdarahan yang luas di bawah selaput lunak oatk dan sembab otak

    Pada pemeriksaan mayat laki-laki yang berumur sekitar lima puluh tahun , ditemukan luka lecet, luka terbuka di daerah ubun-ubun kanan, alis mata kanan, punggung kaki kanan sisi dalam dan luka lcet tekan di dahi, pelipis kanan, lengan kanan atas, perut kanan dan punggung kaki kiri akibat kekerasan tumpul, selanjutnya pada pemeriksaan dalam ditemukan pula patah tulang dada, sekat rongga badan, hati dan limpa yag mengakibatkan perdarahan hebat dalam rongga dada.

    Sebab mati orang ini adalah akibat kekerasan tumpul yang massif didaerah dada dan menyebabkan robekan kedua paru, limpa, aorta dan hati.

    Pada pemeriksaan terhadap pria ini ditemukan luka-luka akibat kekerasan tumpul pada daerah kepala, leher dan anggota badan.. Selain itu ditemukan pula luka bekas suntikan pada lengan bawah luar yang menunjukan adanya pertolongan medis terhadap korban.

    Penyebab kematian akibat kekerasan tumpul pada kepala yang mengakibatkan patah tulang tengkorak, perdarahan di atas selaput keras otak, sembab dan memar otak serta terjepitnya tonjolan otak kecil oleh lubang besar.

    Telah diperiksa jenasah laki-laki, berusia lima puluh tahun, pada pemeriksaan di temukan memar-memar dan luka-luka terbuka di daerah kepala dan muka, patah tulang-tulang tengkorak, memar dan jaringan otak, robek selaput keras otak dan perdarahan di bawah selaput keras otak dan selaput lunak otak akibat kekerasan tumpul.

    Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada kepala yang mengakibatkan memar dan hancurnya jaringan otak serta perdarahan di bawah selaput lunak otak dan selaput keras otak. Berdasarkan pola kelainan pada kepala tersebut, kekerasan tersebut sesuai dengan kekerasan pukulan pada kepala.

    Kekerasan tajam

    Pada pemeriksaan terhadap pria ini ditemukan satu buah luka tusuk pada dada kiri yang menembus rongga dada kiri, merobek jantung dan paru kiri. Selanjutnya ditemukan luka perlawanan pada jari kelingking tangan kanan akibat kekerasan tajam serta satu buah luka terbuka pada ubun-ubun kanan akibat kekerasan tumpul.

    Penyebab kematian akibat luka tusuk pada dada kiri yang menyebabkan robeknya paru kiri, jantung dan perdarahan didalam rongga dada kiri dan kandung jantung.

    Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka-luka terbuka dangkal di pipi kiri dan leher dan luka –luka tusuk di dada serat luka bacok di telapak tangan/ ibu jari tangan kiri akibat kekerasan tajam.

    Selain itu ditemukan memar dan lecet akibat kekerasan tumpul.

    Sebab matinya orang ini adalah kekerasan tajam didada kiri (Luka no 8 ) yang merobek jantung dan paru sehingga terjadi perdarahan.

    Kekerasan tajam pada dada kanan ( luka nomor sepuluh ) yang merobek serambi kanan jantung dan kekerasan tajam pada tulang bawah kiri yang memotong pembuluh darah tulang bawah kiri telah memperberat keadaan orang ini.

    Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka dipaha kanan akibat kekerasan tajam, yang merobek pembuluh nadi dan pembulh vena paha kanan.

    Selain itu ditemukan luka terbuka dangkal di siku kanan yang juga akibat kekerasan tajam, serta luka-luka lecet di pipi kanan, siku dan lutut kanan akibat kekerasan tumpul.

    Sebab kematian orang iini adalah kekerasan tajam pada paha kanan yang merobek pembuluh nadi dan vena pah kanan sehingga terjadi perdarahan yang banyak.

    Sebab kematian dalah kekerasan tumpul pada tengkuk berbatasan dengan belakang kepala dan leher yang mengakibatkan perdarahan keluar tubuh bersama-sama kekerasan tajam tembus di bahu kiri yang mengakibatkan masuknya dan mendesaknya udara dalam rongga dada (pneumothoraks) dan kuncupnya paru kiri.

    Pada korban laki-laki berusia lebih kurang dua puluh lima tahun ditemukan banyak luka-luka terbuka pada leher, dada, punggung, lengan kanan dan kiri akibat kekerasan tajam.

    Sebab matinya orang ini adalah akibat kekerasan tajam pada dada kanan yang mengakibakan perdarahan dalam dada kanan dan rongga kandung jantung akibat menembus jantung dan pembuluh nadi paru bersama-sama dengan kekerasan tajam pada punggung kiri yang mengakibatkan perdarahan dalam rongga dada kiri karena robeknya paru kiri dan luka-luka kekerasan tajam di leher dan lengan yang menyebabkan perdarahan keluar tubuh.

    Senjata api

    Pada pemeriksaan jenasah seorang laki-laki berumur lebih kurang tiga puluh tahun ini ditemukan tiga buah luka tembak masuk. Masing –masing di daerah punggung kiri, perut kanan dan paha kiri sisi belakang serta ditemukan dua luka tembak keluar masing-masing pada daerah pinggang kanan dan paha kiri. Berdasarkan sifat lukanya maka ketiga luka tembak tersebut merupakan luka tembak masuk jarak jauh.

    Selain itu ditemukan pula beberapa luka lecet dan luka terbuka akibat kekerasan tumpul.

    Sebab mati pada jenasah ini adalah akibat tembakan senjata api pada daerah punggung kiri yang menembus paru-paru, kandung janung, merobek pembuluh nadi paru dan mengakibatkan perdarahan.

    Anak peluru bersarang di bawah kulit dada, berupa logam warna abu-abu berlapis logam warna kuning, dengan ukuran diameter tujuh setengah milimeer (7,5mm), panjang sebelas koma empat millimeter (11,4mm) dan berat empat loma delapan puluh gram (4,80 g).

    Korban laki-laki berumur sekitar tiga puluh tahun, pada pemeriksaan ditemukan luka terbuka pada mata kanan, kepala belakang, dada, punggung, paha kanan dan tungkai bawah kanan akibat tembakan senjata api.

    Sebab matinya orang ini adalah akibat tembakan senjata api pada kepala yang menembus tulang tengkorak sehingga menimbulkan perdarahan dibawah selaput keras otak, selaput lunak otak serta hancurnya jaringan otak.

    Selanjutnya ditemukan juga robeknya paru kanan yang secara tersendiri akan mempercepat kematian.

    Korban laki-laki berumur sekitar tiga puluh tahun, pada pemeriksaan ditemukan luka terbuka pada mata kanan, kepela belakang, dada, punggung, paha kanan dan tungkai bawah kanan akibat tembakan senjata api.

    Sebab matinya orang ini adalah akibat tembakan senjata api pada kepala yang menembus

    tulang tengkorak sehingga menimbulkan perdarahan dibawah selaput keras otak, selaput lunak otak serta hancurnya jaringan otak.selanjutnya ditemukan juga robeknya paru kanan yang secara tersendiri akan mempercepat kematian

    Pada mayat ditemukan luka-luka terbuka pada pungung kanan (luka z) dan pelipis kanan (luka l ) akibat tembakan senjata api. Tembakan senjata api pada punngung kanan (luka z) keluar menembus punggung (luka aa) dan kemudian menembus pelipis kanan (luka l).

    Anak peluru ditemukan bersarang dalam jaringan otak.

    Berdasarkan sifatnya luka tembak masuk tersebut merupakan luka tembak masuk jarak jauh dimana sisa-sisa mesiu tidak mencapai kulit.

    Selain itu ditemukan luka-luka terbuka, lecet dan memar pada wajah, bahu dan anggota gerak akibat kekerasan tumpul.

    Penyebab kematian adalah tembakan senjata api pada kepala (luka l) yang menembus jaringan otak dan menimbulkan perdarahan.

    Matinya orang ini disebabkan oleh tembakan senjata api pada bahu kiri yang menembus rongga dada, merobek paru-paru kiri dari atas ke bawah, hati dengan anak peluru bersarang pada pangkal kandung empedu. Diameter anak peluru 9,05 mm ( sembilan koma nol lima milimeter) alur kekanan.

    Selanjutnya ditemukan luka tembak pada telapak tangan kanan yang menembus serta luka tangkis kekerasan tajam.

    Pada kepala ditemukan kekerasan tajam yang memotong tulang pelipis kanan ( dangkal) yang tidak mengakibatkan kelainan pada otak dan rongga tengkorak.

    Pada mayat ditemukan luka tembak masuk di lengan atas kiri yang berakhir di leher bawah dagu, luka tembak masuk di lengan atas kiri yang menembus punggung kiri dan berakhir di tulang belakang daerah dada, luka tembak masuk di lengan bawah kiri yang menembus dada bawah kiri / perut atas kiri dan berakhir di otot-otot sela iga sebelas kanan belakang, serta luka tembak masuk di lengan bawah kiri yang keluar di pinggang kanan.Sebab mati orang ini adalah luka tembak masuk di lengan bawah kiri yang setelah menembus dada kiri bawah telah merobek limpa, aorta dan ginjal serta mengakibatkan perdarahan yang banyak.

    Department of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia)

    DEATHS DUE TO MOTORVEHICLE ACCIDENTS

    KEMATIAN KARENA KENDARAAN BERMOTOR

    Kematian dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyi kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.

    Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :

    - untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jasadnya telah habis terbakar, atau sampai termutilasi

    - Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan dari kesalahan atau kecacatan sarana transportasi

    - Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima

    - Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat.

    - Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.

    DINAMIKA/MEKANIKA PERLUKAAN KARENA KENDARAAN BERMOTOR

    Fakta fisika dasar dapat menolong kita untuk menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena kecelakaan lalu lintas:

    1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada kecepatan yang konstan, bagaimanapun cepatnya, tidak akan menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi dari bumi. Adanya perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis – yaitu, akselerasi dan deselerasi

    2. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datang gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cidera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan cidera, bila datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan rongga thorax.

    3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama. Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan 10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah dibandingkan dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk pengaman.

    4. Pada benturan dari arah frontal, tidaklah mungkin kendaraan langsung berhenti sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak. Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi G forcse yang akan diterima dari penumpang kendaraan.

    5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V = kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C adalah konstanta 0.0039.

    KEMATIAN KARENA KENDARAAN BERMOTOR (MOTOR VEHICLE DEATHS)

    A. Penyebab dari kecelakaan kendaran bermotor termasuk :

    a. Alkohol atau intoksikasi obat pada pengemudi. Banyak pengemudi melakukan kesalahan karena intoksikasi dari alcohol pada saat tabrakan. Obat-obatan yang dapat ditemukan berhubungan dengan kecelakaan termasuk bahan2 narkotika dan obat-obatan sedatif contohnya diazepam.

    b. Faktor manusia – kecepatan, kecerobohan, jatuh tertidur.

    c. Kecelakaan alam/Faktor alam – jalanan basah, perbaikan jalan, kabut, dll.

    d. Penyakit – seperti stroke atau infark miokardial

    B. Kematian karena kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan – bagian depan, samping, belakang, atau terguling. Bagaimanapun, selama tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe dasar diatas bisa juga terjadi.

    a. Arah depan. Ini adalah yang paling umum dari ke 4 tipe dasar diatas, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari semua tabrakan kendaraan bermotor. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan bertabrakan dua-duanya arah kepala, atau bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman), dan benturan pada kemudi atau dashboard, kaca depan, ataupun lampu depan kendaraan (deceleration injury). Pola luka akan terbentuk tergantung dari posisi daripada penumpang dari kendaraan bermotor.

    i. Pengemudi

    1. Kepala dapat membentur kaca depan, dan mengakibatkan terbentuknya luka terpotong arah vertical dan abrasi dari daerah dahi, hidung dan dagu. Bila ada benturan dengan kaca spion, pola luka yang terbentuk akan berbeda. Perlukaan dalam dapat dalam bentuk fraktur dasar tengkorak, dan Patah leher (baik hiperfleksi maupun hiperekstensi). Hiperfleksi dari leher dapat menyebabkan fraktur atlanto-occipital bagian posterior, ataupun dislokasi tulang tersebut, dan mungkin menjadi satu-satunya penyebab kematian pada beberapa kasus. Jalan paling baik untuk memperlihatkan adanya perlukaan ini adalah dengan membuka lapis demi lapis bagian posterior dari leher. Karena itu, pada semua kematian karena kecelakaan dimana otopsi rutin tidak dapat memperlihatkan sebab kematian, bagian posterior dari leher harus diperiksa dan dieksplorasi.

    2. Bagian dada dapat membentur kemudi dengan sangat keras, dan menyebabkan abrasi dengan pola khusus ataupun tidak terlihat adanya perlukaan sama sekali. Hal ini sekarang terjadi lebih jarang karena adanya penggunaan kemudi yang mudah patah atau compressible. Perlukaan dalam dapat termasuk :

    a. Fraktur transversal dari sternum, dan fraktur iga bilateral, anterior atau luas (flail chest)

    b. Luka tusuk/robek pada jarigan paru karena fraktur iga.

    c. Cedera pada jantung, termasuk kontusio, laserasi maupun rupture, dan sangat jarang terjadi robeknya arteri koroner.

    d. Robeknya aorta, distal dari pangkal arteri subklavia dekstra.

    e. Laserasi atau robekan dari hati dan lebih jarang terjadi , limpa, kadang terbentuk hematoma subskapular, dan juga kematian karena perdarahan intraperitoneal.

    3. Ekstremitas atas , berupa fraktur dari pergelangan ataupun lengan, baik terbuka ataupun tertutup mengikuti posisi tangan pada kemudi pada saat terjadinya benturan.

    4. Ektremitas bawah, termasuk :

    a. Fraktur dari patella(e), atau femur pada waktu lutut membentur dashboard

    b. Fraktur pergelangan dapat terjadi bila kaki tertekuk melawan arah dari floorboard, atau tertekan secara keras pada pedal gas, atau pedal rem.

    5. “Dicing Injuries” dari muka bagian kiri dan lengan bagian kiri dapat terjadi. Pada mobil atau kendaraan buatan amerika, jendela belakang dan jendela samping dibuat dengan cara yang khusus dimana pada saat benturan dapat pecah menjadi fragmen-fragmen yang kecil. Bila fragmen ini mengenai kulit, luka terpotong atau abrasi yang terbentuk menjadi khas, superficial, bentuk L, sudut patah kekanan, ataupun linear.

    ii. Penumpang Depan, perlukaan akan hampir sama sperti pengemudi, kecuali pada penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan menghantam dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cetakan dari kemudi pada kedaan yang biasa. “Dicing injuries” akan terbentuk pada sisi kanan.

    iii. Penumpang Belakang (tidak bersabuk pengaman) dapat terlempar kedepan, menghantam bagian belakang dari tempat duduk depan, penumpang depan, dan kaca depan.

    iv. Sabuk pengaman secara dramatis telah mengurangi jumlah perlukaan yang terjadi pada kecelakaan kendaran bermotor, terutama tabrakan yang terjadi pada kecepatan rendah.

    1. Sabuk pengaman, bila dipakai pada saat benturan, dapat atau tidak dapat meninggalkan cetakan luka yang khas pada tubuh. Lokasinya pada tubuh akan tergantung pada posisi dari korban di dalam kendaraan

    a. Pengemudi – luka cetak berbentuk segi-empat ataupun abrasi linear akan berjalan kebawah dari leher kiri atau bahu sampai ke midline anterior dari dada.

    b. Penumpang – arahnya dari leher kanan atau bahu kanan

    c. Bagian pengikat bawah akan membentuk cetakan pada abdomen

    2. Sabuk pengaman juga telah dilaporkan menyebabkan perlukaan

    a. Sabuk bawah dapat menyebabkan robekan mesenterium, laserasi omentum, ataupun pada usus dapat terjadi kontusio.

    b. Pada beberapa tahun terakhir, air bags telah menjadi keharusan pada semua mobil yang diproduksi di U.S. Beberapa kasus kematian karena adanya penggunaan alat ini, yang dimana pada kecepatan rendah, benturan ringan yang seharusnya tidak ada korban, telah dilaporkan. Biasanya ini terjadi pada anak-anak atau orang dewasa dengan tubuh yang pendek.

    b. Arah samping (lateral), biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak.

    i. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, termasuk robeknya aorta dan fraktura basis kranii

    ii. Bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan.

    iii. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.

    c. Terguling, keadaan ini lebih lethal/mematikan dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar.

    i. Bila terlempar semuanya, beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa diemukan hancur atau terperangkap dibawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic asphyxia

    ii. Bila parsial, bagian tubuh yang bersangkutan bisa hancur atau terpotong.

    d. Arah belakang, Hal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang sampai menimbulkan kematian. Perlukaan yang paling umum dari bentuk ini adalah whiplash injury dari leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang, yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa.

    C. Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan pada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini dapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan didalam kendaraan ataupun pada tubuh korban.

    a. Dalam kendaraan – carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang dimana terjadi benturan.

    b. Pada tubuh korban – carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa tertanam pada luka.

    D. Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang pada kecelakaan kendaraan bermotor. Analisa ini haruslah mencakup tes untuk alcohol; CO; obat-obatan; narkotika.

    E. Beberapa kecelakaan bermotor disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action) dari pengemudi. Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:

    a. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada benda yang tidak bergerak, atauapun sangat jarang kea rah kendaraan dari arah berlawanan.

    b. Investigasi pada TKP tidak memperlihatkan adanya bukti pengemudi menginjak rem

    c. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap penyakit mental

    d. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.

    e. Bukti lain yang dapat ditemukan adalah adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan dibawah pedal rem.

    F. Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi sisa tubuh yang terbakar.