Kematian dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyi kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.
Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :
- untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jasadnya telah habis terbakar, atau sampai termutilasi
- Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan dari kesalahan atau kecacatan sarana transportasi
- Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima
- Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat.
- Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.
DINAMIKA/MEKANIKA PERLUKAAN KARENA KENDARAAN BERMOTOR
Fakta fisika dasar dapat menolong kita untuk menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena kecelakaan lalu lintas:
1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada kecepatan yang konstan, bagaimanapun cepatnya, tidak akan menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi dari bumi. Adanya perbedaan perpindahan geraklah yang traumatis – yaitu, akselerasi dan deselerasi
2. Perbedaan ini diukur dengan
3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan tergantung dari
4. Pada benturan dari arah frontal, tidaklah mungkin kendaraan langsung berhenti sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak. Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi
5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V = kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C adalah konstanta 0.0039.
KEMATIAN KARENA KENDARAAN BERMOTOR (MOTOR VEHICLE DEATHS)
A. Penyebab dari kecelakaan kendaran bermotor termasuk :
a. Alkohol atau intoksikasi obat pada pengemudi. Banyak pengemudi melakukan kesalahan karena intoksikasi dari alcohol pada saat tabrakan. Obat-obatan yang dapat ditemukan berhubungan dengan kecelakaan termasuk bahan2 narkotika dan obat-obatan sedatif contohnya diazepam.
b. Faktor manusia – kecepatan, kecerobohan, jatuh tertidur.
c. Kecelakaan alam/Faktor alam – jalanan basah, perbaikan jalan, kabut, dll.
d. Penyakit – seperti stroke atau infark miokardial
B. Kematian karena kendaraan bermotor dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan – bagian depan, samping, belakang, atau terguling. Bagaimanapun, selama tabrakan atau kecelakaan, kombinasi dari 4 tipe dasar diatas bisa juga terjadi.
a. Arah depan. Ini adalah yang paling umum dari ke 4 tipe dasar diatas, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari semua tabrakan kendaraan bermotor. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan bertabrakan dua-duanya arah kepala, atau bagian depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman), dan benturan pada kemudi atau dashboard, kaca depan, ataupun lampu depan kendaraan (deceleration injury). Pola luka akan terbentuk tergantung dari posisi daripada penumpang dari kendaraan bermotor.
i. Pengemudi
1. Kepala dapat membentur kaca depan, dan mengakibatkan terbentuknya luka terpotong arah vertical dan abrasi dari daerah dahi, hidung dan dagu. Bila ada benturan dengan kaca spion, pola luka yang terbentuk akan berbeda. Perlukaan dalam dapat dalam bentuk fraktur dasar tengkorak, dan Patah leher (baik hiperfleksi maupun hiperekstensi). Hiperfleksi dari leher dapat menyebabkan fraktur atlanto-occipital bagian posterior, ataupun dislokasi tulang tersebut, dan mungkin menjadi satu-satunya penyebab kematian pada beberapa kasus. Jalan paling baik untuk memperlihatkan adanya perlukaan ini adalah dengan membuka lapis demi lapis bagian posterior dari leher. Karena itu, pada semua kematian karena kecelakaan dimana otopsi rutin tidak dapat memperlihatkan sebab kematian, bagian posterior dari leher harus diperiksa dan dieksplorasi.
2. Bagian dada dapat membentur kemudi dengan sangat keras, dan menyebabkan abrasi dengan pola khusus ataupun tidak terlihat adanya perlukaan sama sekali. Hal ini sekarang terjadi lebih jarang karena adanya penggunaan kemudi yang mudah patah atau compressible. Perlukaan dalam dapat termasuk :
a. Fraktur transversal dari sternum, dan fraktur iga bilateral, anterior atau luas (flail chest)
b. Luka tusuk/robek pada jarigan paru karena fraktur iga.
c. Cedera pada jantung, termasuk kontusio, laserasi maupun rupture, dan sangat jarang terjadi robeknya arteri koroner.
d. Robeknya aorta, distal dari pangkal arteri subklavia dekstra.
e. Laserasi atau robekan dari hati dan lebih jarang terjadi , limpa, kadang terbentuk hematoma subskapular, dan juga kematian karena perdarahan intraperitoneal.
3. Ekstremitas atas , berupa fraktur dari pergelangan ataupun lengan, baik terbuka ataupun tertutup mengikuti posisi tangan pada kemudi pada saat terjadinya benturan.
4. Ektremitas bawah, termasuk :
a. Fraktur dari patella(e), atau femur pada waktu lutut membentur dashboard
b. Fraktur pergelangan dapat terjadi bila kaki tertekuk melawan arah dari floorboard, atau tertekan secara keras pada pedal gas, atau pedal rem.
5. “Dicing Injuries” dari muka bagian kiri dan lengan bagian kiri dapat terjadi. Pada mobil atau kendaraan buatan amerika, jendela belakang dan jendela samping dibuat dengan cara yang khusus dimana pada saat benturan dapat pecah menjadi fragmen-fragmen yang kecil. Bila fragmen ini mengenai kulit, luka terpotong atau abrasi yang terbentuk menjadi khas, superficial, bentuk L, sudut patah kekanan, ataupun linear.
ii. Penumpang Depan, perlukaan akan hampir sama sperti pengemudi, kecuali pada penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan menghantam dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cetakan dari kemudi pada kedaan yang biasa. “Dicing injuries” akan terbentuk pada sisi kanan.
iii. Penumpang Belakang (tidak bersabuk pengaman) dapat terlempar kedepan, menghantam bagian belakang dari tempat duduk depan, penumpang depan, dan kaca depan.
iv. Sabuk pengaman secara dramatis telah mengurangi jumlah perlukaan yang terjadi pada kecelakaan kendaran bermotor, terutama tabrakan yang terjadi pada kecepatan rendah.
1. Sabuk pengaman, bila dipakai pada saat benturan, dapat atau tidak dapat meninggalkan cetakan luka yang khas pada tubuh. Lokasinya pada tubuh akan tergantung pada posisi dari korban di dalam kendaraan
a. Pengemudi – luka cetak berbentuk segi-empat ataupun abrasi linear akan berjalan kebawah dari leher kiri atau bahu sampai ke midline anterior dari dada.
b. Penumpang – arahnya dari leher kanan atau bahu kanan
c. Bagian pengikat bawah akan membentuk cetakan pada abdomen
2. Sabuk pengaman juga telah dilaporkan menyebabkan perlukaan
a. Sabuk bawah dapat menyebabkan robekan mesenterium, laserasi omentum, ataupun pada usus dapat terjadi kontusio.
b. Pada beberapa tahun terakhir, air bags telah menjadi keharusan pada semua mobil yang diproduksi di U.S. Beberapa kasus kematian karena adanya penggunaan alat ini, yang dimana pada kecepatan rendah, benturan ringan yang seharusnya tidak ada korban, telah dilaporkan. Biasanya ini terjadi pada anak-anak atau orang dewasa dengan tubuh yang pendek.
b. Arah samping (lateral), biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak.
i. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, termasuk robeknya aorta dan fraktura basis kranii
ii. Bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan.
iii. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.
c. Terguling, keadaan ini lebih lethal/mematikan dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila tidak dipakainya sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar.
i. Bila terlempar semuanya, beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa diemukan hancur atau terperangkap dibawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic asphyxia
ii. Bila parsial, bagian tubuh yang bersangkutan bisa hancur atau terpotong.
d. Arah belakang, Hal ini dapat menyebabkan acceleration injuries dan sangat jarang sampai menimbulkan kematian. Perlukaan yang paling umum dari bentuk ini adalah whiplash injury dari leher. Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang, yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa.
C. Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan pada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini dapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan didalam kendaraan ataupun pada tubuh korban.
a. Dalam kendaraan – carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang dimana terjadi benturan.
b. Pada tubuh korban – carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa tertanam pada luka.
D. Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang pada kecelakaan kendaraan bermotor. Analisa ini haruslah mencakup tes untuk alcohol; CO; obat-obatan; narkotika.
E. Beberapa kecelakaan bermotor disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action) dari pengemudi. Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:
a. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada benda yang tidak bergerak, atauapun sangat jarang kea rah kendaraan dari arah berlawanan.
b. Investigasi pada TKP tidak memperlihatkan adanya bukti pengemudi menginjak rem
c. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap penyakit mental
d. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.
e. Bukti lain yang dapat ditemukan adalah adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan dibawah pedal rem.
F. Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi sisa tubuh yang terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar